yang saat ini masih terlestari. Syair Burdah Melayu tercipta karena terjadi akulturasi budaya masyarakat pendatang di Loloan, Bali. Perpaduan antara budaya pendatang membentuk absurditas dalam struktur Syair Burdah Melayu. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan makna dan bentuk syair Burdah Melayu Loloan dengan aspek sosio-kultur yang mempengaruhinya. Masalah yang dianalisis adalah makna dan variasi bentuk pada syair Burdah Melayu. Teori yang digunakan adalah teori strukturalisme dinamik oleh Mukarovsky dan Vodicka dikombinasikan dengan teori semiotik oleh Charles Sander Pierce untuk menjelaskan makna dan bentuk syair Burdah Melayu yang dipengaruhi oleh sosio-kultur masyarakat Loloan Barat. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan menggunakan kata-kata untuk mendiskripsikan hasil analisis puisi. Dari hasil analisis diketahui bahwa bentuk Syair Burdah Melayu dipengaruhi oleh unsur budaya lain seperti Arab, Jawa, dan Melayu sehingga bentuk Syair ini seolah terpisah tapi sebenarnya satu kesatuan utuh. Kata-kata kunci: syair , str uktural, semiotika , sosio -kultur. # I. Pendahuluan enduduk Loloan saat ini juga didominasi oleh masyarakat etnis Melayu dan Bugis. Menurut Suryawati (dalam Utami dan Kohdrata, 2016: 41) selain penduduk asli Bali, masyarakat Loloan mayoritas pendatang dari etnis Melayu, Bugis, Cina, dan Arab. Adanya etnis Melayu dan Bugis secara tidak langsung membawa kebiasaan bertutur dengan berbahasa Melayu di Loloan. Bahasa Melayu menjadi bahasa utama yang digunakan di Loloan. Masyarakat pendatang di Loloan menggunakan bahasa Melayu untuk berkomunikasi sedangkan penduduk asli Bali tetap menggunakan bahasa Bali. Bahasa Melayu di Bali tidak banyak digunakan. Bahasa ini tergolong sebagai bahasa minoritas. Bahasa Melayu Loloan dianggap sebagai identitas etnis dan lambang komunitas Islam di Loloan (P. Putu M, dkk, 2015: 27). Selain itu pengaruh Islam terlihat dari penggunaan aksara Arab untuk menulis syair Melayu. Maka dari itu kebanyakan tradisi lisan di Loloan tidak menggunakan bahasa Bali, akan tetapi menggunakan bahasa Melayu dengan aksara Arab. Tradisi lisan yang cukup dikenal masyarakat Loloan adalah syair Burdah Melayu. Syair Burda merupakan syair yang berisikan mengenai pujian terhadap baginda Rosul S.A.W (Setiawan, 2015: 1). Syair Burdah digunakan sebagai pujian kepada Nabi Muhammad S.A.W dan nasehat untuk berbuat kebajikan. Syair Burdah pada umunya dilantunkan menggunakan bahasa Arab yang berisi berbagai kisah ataupun sanjungan untuk Nabi Muhammad S.A.W. Munculnya Syair Burdah tidak dapat dilepaskan dari pengaruh sastra Arab. Otoktoni menjadi faktor sastra Arab berpengaruh pada sastra Melayu-Indonesia sehingga menghasilkan Kasidah Burdah, Kasidah Barzanjy, Kasidah Diba'iy (Mansyur, 2011: 111). Otoktoni ini berperan sebagai paralelisme antar budaya. Paralelisme ini menyebabkan kebanyakan sastra Melayu terpengaruh oleh estetika sastra Arab Islam, pandangan hidup, dan sistem nilai. Syair Burdah Melayu Loloan tidak jauh berbeda dengan syair Burdah pada umumnya. isi dari syair Burdah selalu berkaitan mengenai ajaran Islam. Hal yang membedakan syair Burdah Melayu dengan syair lainnya terdapat pada bentuk syair. Ciri khas ini melekat pada Syair Burdah Melayu Loloan karena dipengaruhi oleh bentuk sastra Melayu, Arab, dan Jawa. Keunikan Syair Burdah Melayu terdapat pada bagian struktur yang dikombinasikan dengan pantun dan ditulis menggunakan akasa Arab. Aksara Arab dalam syair Burdah Melayu tetap dibaca sesuai bahasa melayu. Aksara Arab ini dalam bahasa Jawa disebut dengan Arab Pegon. Arab Pegon adalah tulisan Arab yang bunyinya mengikuti sistem bunyi bahasa jawa (Pudjiastuti, 2009: 273). Pembacaan syair ini disesuaikan dengan irama dari musik tradisional Bali. Kombinasi bentuk dalam Syair Loloan sangat unik. Sebenarnya kombinasi antara pantun dan syair telah ada pada zaman Melayu klasik. Syair-syair seperti Ken Tambuhan juga pernah disisipi oleh Pantun (Fang, 2011, 556). Pada awal mulanya pantun dinyanyikan. Nyanyian dalam Syair dan pantun memiliki kecocokan yang kemudian diiringi Burdah. Selain itu bentuk syair Burdah Melayu ditulis dengan aksara Arab Pegon yang menyebabkan pembaca sulit mengartikan maksud dari syair tersebut. Perpaduan bentuk antara syair yang ditulis dengan Arab Pegon dan pantun saat ini jarang ditemukan. Dengan demikian, kemungkinan akan terjadi kebingungan saat seseorang ingin memahami syair Burdah Loloan. Keunikan pada syair Burdah Loloan ini dapat dipahami berbeda oleh pendengarnya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam tulisan ini yaitu (1) bagaimana relasi sosio-kultur terhadap bentuk syair Melayu Loloan, Bali, (2) Apa makna syair Melayu, Loloan, Bali? Penelitian mengenai syair Burdah Melayu, Loloan, Bali belum pernah dikaji oleh peneliti lain sebelumya. Kebanyakan penelitian mengenai Loloan terbatas pada kajian sosial dan budaya masyarakat secara umum. Peneliti lain tidak begitu memperhatikan aspek kesusastraan lisan yang menjadi bagian penting dari budaya Loloan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa struktur dan makna syair Burdah Loloan, Bali. Syair Burdah Melayu Loloan, Bali sangat penting untuk diteliti. Hal tersebut dikarenakan syair Burdah Melayu memiliki keunikan melalui perpaduan bentuk syair dan pantun yang tidak banyak diketahui masyarakat. Tulisan ini memberikan informasi penting supaya masyarakat tidak lupa akan khazanah kekayaan budaya Melayu di Indonesia. Masyarakat akan mengetahui bahwa bentuk karya sastra khususnya syair dipengaruhi oleh budaya masyarakatnya. Informasiinformasi dalam tulisan ini dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menambah pengetahuan dan membuka wawasan terkait struktur karya sastra serta cara mencari pemaknaan yang baik. Pemahaman terhadap makna karya sastra akan membuat pembaca lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalisme dinamik oleh Mukarovsky dan Felik Vodicka serta teori semiotik oleh Charles Sander Pierce. Teori struktural dinamik memperhatikan konsep dasar struktualisme yang telah dikaitkan pada hakikat objek (Ratna, 2013:95). Berbeda dengan struktualisme, semiotik memusatkan perhatian pada makna teks. Semiotika merupakan studi tentang penafsiran atau interpretani tanda dalam karya sastra (Ratmanto, 2004:31). Tanda dan petanda harus saling terkait sehingga memunculkan suatu makna. # II. # Kajian Pustaka Struktualisme dinamik lahir karena ketidakpuasan atas teori struktualisme yang terpaku terhadap objek tanpa melibatkan aspek luar. Struktualisme Dinamik telah mengaitkan aspek struktur dengan hakikat objek yang selalu mengalami perubahan. Salah satu ahli dalam struktualisme dinamik adalah Mukarovsky dan Felik Vodicka yang berpendapat bahwa karya sastra merupakan proses komunikasi, fakta semiotik, struktur dan nilai-nilai (Ratna, 2011: 93). Proses komunikasi berkaitan dengan aspek sosial di masyarakat. Keterkaitan antara fungsi estetika dan aspek sosial memiliki sifat yang dinamik, variabel, dan tidak tetap. Pendapat Mukarovsky didukung oleh Felik Vodicka yang berpendapat bahwa ilmu sastra memiliki hubungan langsung terhadap konteks sosial budaya namun tidak bersifat searah (Teew, 2012:148). Dengan demikian, maka struktur intrinsik tetap menjadi fokus utama yang memiliki hubungan timbal balik dengan aspek sosio-kultur masyarakat. Teori lain yang digunakan dalam mengkaji syair ini adalah teori semiotika Pierce. Pierce (dalam Ratna, 2013: 101) menyebutkan ada tiga konsep triadik yaitu (1) sintaksis semiotika; intensitas hubungan tanda dan tanda (2) semantik semiotika; fokus terhadap tanda dan acuannya, (3) pragmatik semiotika; hubungan antara pengirim dan penerima. Tanda-tanda dalam teori Pierce dihubungkan satu sama lain sehingga menimbulkan makna yang dimaksudkan. Tanda diinterpretasikan sesuai acuan yang dihubungkan dengan sosio-kultur di masyarakat. Struktualisme dinamik digunakan karena bentuk Syair Burdah Melayu dipengaruhi oleh aspek luar berupa budaya dan filosofis religiusitas masyarakat Loloan. Teori ini memudahkan dalam menganalisa bentuk syair Loloan yang berbeda dari syair lainnya. Teori Semiotika bertujuan mengenali makna syair Burdah Melayu Loloan berdasarkan tanda-tanda yang menyertainya. # III. # Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dan pendekatan struktural. Penelitian kualitatif merupakan cara untuk menafsirkan dan menyajikan data dalam bentuk deskriptif (Ratna, 2013: 46). Datadata yang telah ada kemudian ditafsirkan supaya pembaca paham maksud isi karya sastra. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural. Zaim (2014: 15) menyebutkan pendekatan struktural berfokus pada pencarian bentuk dari gejala yang ada. Penyusunan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Metode deskripsi analisis bisa didapatkan dari penggabungan dua metode yang saling mendukung (Ratna, 2013: 53) Narasumber yaitu bapak Zen selaku anak pemilik burdah Loloan menyatakan bahwa syair burdah melayu Loloan ini memiliki keunikan yang berbeda dengan syair burdah lainnya. Syair burdah melayu ini dikombinasikan dengan pantun -pantun nasihat dengan mengunakan bahasa melayu khas Loloan. Pembacaan syair tersebut diiringi dengan permainan alat musik. Alat musik yang mengiringi syair ini disebut dengan burdah. Permainan burdah terdiri dari 13 sampai 15 pemain yang mayoritas terdiri dari laki -laki yang berusia diatas 50 tahun. Pembacaan syair burdah melayu ini merupakan sebuah kegiatan yang sakral dan dilakukan hanya pada waktu -waktu tertentu. Islam menjadi inspirasi dalam memanfaatkan segala sarana dan prasarana untuk sosialisasi ajaran islam (Karim, 2016: 24) Kedua bait pada puisi tersebut menunjukkan adanya perasaan kesedihan meski tidak ada niatan untuk menyakiti. Kematian selalu identik dengan rasa sedih maka dari itu kedua bait tersebut menggunakan kata sedih untuk mengungkapkan keresahan hati. Keresahan hati pada Syair Burdah Melayu diobati dengan kata-kata penyemanngat dibait-bait selanjutnya. Adapun perasaan cinta kasih ditunjukkan pada syair bait kesebelas yaitu: ? ??? ???? ????? ??? ? ??? ??? ??? ? ??? ? ??? ????? ? ??? ? ???? ???? ??? ? ??? ? ??? ???? ???? ???? ??? ? ??? ? ???? ???? ???? ??? ? ??? ????? ??? ? ???? ??? ? ???? ???? ??? ???? ? ??? ???? ???? ??? ? ??? artinya: Hari Maulid Rasul Allah Menunjukkan kemanusiaan cikal bakal Alangkah megahnya permulaannya Alangkah indahnya kesudahannya Kata megah dan indah menunjukkan adanya kesenangan di dunia. Perasaan bahagia karena Maulid Nabi akan segera tiba diungkapkan oleh penyair melalui baris ketiga dan keempat. Bait keempat dan ketiga meunjukkan harapan positif tentang perayaan Maulid Nabi. Perasaan yang dituangkan dalam bait syair akan berimplikasi terhadap bentuk nada yang digunakan. Nada yang digunakan dalam syair Burdah Melayu ini adalah nada tenang, tidak tinggi tapi bergelombang. Menyesuaikan dengan nada khas Bali. Nada lirih mengikuti kesan yang ada pada setiap bait syair. Nada rendah, halus, dan mendayu menjadi ciri nada syair Burdah Melayu Loloan. Bait kedua dibawah dilantunkan dengan tenang dan mendayu. Hendaklah ingat wahai akhwani, janganlah lupa di dunia ini suka bermain ke sana sini, hidup kita akanlah fani Kata wahai Akhwani diugkapkan sebagai seruan yang halus kepada pendengar. Sebagai lanjutan dari seruan tersebut ke sana sini juga diucapkan dengan halus untuk menyelaraskan bunyi pada syair. Nada yang halus bertujuan supaya pendengar merasa tenang saat mendengarkan. sama dan baitnya dibagi menjadi dua yaitu a-a. Akan tetapi karena disisipi pantun rima kedua berbentuk a-ba-b. Setelah itu berbentuk bahasa arab yang terjemahannya berbentuk a-a-a-a kembali. Penggalan bait-bait awal syair yang mencerminkan perbedaan akhiran pada rima: # Bait kelima Takkala kita hampirlah mati, datang penyakit tidak berhenti, sahabat hendaknya datang mengobati, usahakan baik tanpa menyakiti Bait pertama pada pantun Nasehat dan keenam dalam urutan syair Burdah Melayu Janganah kita U 3xU merasa sedU ih Walaupun hidup dalam tiaU daU U 2x Kuatkan hati U 3xU jangan merintU ih Adakala kita kuat dalam ibadU ahU U 2x # Bait pertama pada puisi arab dan bait kesebelas pada syair Burdah Melayu ? ??? ? ???? ??? ???? ?ï»?"? ? ??? ? ??? ? Ø?" ????? ? ??? ???? ? ???? ??? ???? ?ï»?"? ? ??? ???? ? ??? ? ???? ? ??? ???? ? ???? ??? ???? ?ï»?"? ? ??? ??? ????? ??? ? ???? ? ??? ? ??? ? ???? ??? ???? ?ï»?"? ? ??? ? ??? ??? ???Ø?"? ? ???? ??? artinya: Bagai bunga indah jelU ita Bagai purnama tinggi mU ulia Bagai samudra murah melimU pa Bagai masa berputar segU era Pada syair Burdah Melayu Loloan terdapat tiga jenis akhiran rima yang membentuk kesatuan utuh yaitu a-a, a-b-a-b, dan a-a-a-a. Lazimnya sebuah syair biasanya hanya diikuti oleh bunyi akhiran yang sama. Bunyi syair Burdah Melayu berbeda karena ada unsur percampuran sastra Arab, Melayu, Jawa di dalamnya. Keseluruhan akhiran bunyi ini secara sistematis akan menentukan sumbang tidaknya sebuah syair. Ritme yang ada dalam syair Burdah Melayu juga dapat dilihat dari bait kelima, keenam, dan kesebelas. Ritme muncul karena pengulangan bunyi yang dihasilkan oleh syair. Ritme berhubungan dengan nada. Ritme dapat menjadi kuat lembutnya suatu suara dibunyikan. Pada tiga bait yang dicontohkan ritme berubah, tidak sama karena menyampaikan tiga hal berbeda dengan pengulangan bunyi yang berbeda pula. Metrum terjadi saat ada penekanan dalam pengulangan pada bait puisi. Metrum yang ada pada syair Burdah Melayu terjadi pada bait keenam syair yang berupa pantun. Terjadi pengulangan pada pantun di syair Burdah Melayu karena pantun tidak hanya dibacakan tapi juga dinyayikan. Pencitraan dalam puisi dibagi berdasarkan beberapa jenis. Imaji terbagi atas imaji suara, imai visual, dan imaji taktil (Muntazir, 2017: 213) (Muntazir, 2017: 213). Kata konkret dalam syair Burdah Melayu di antaranya pada bait-bait yang telah tersusun secara keseluruhan membentuk kata konkrit. Sambungan Kata-kata konkrit tersebut akhirnya membentuk pencitraan sehingga dapat diproyeksikan dalam pikiran setiap pendengar dan pembaca. Contoh penggalan syir di atas seolah membuat pendengar dan pembaca syair merasakan secara nyata akhir kehidupan yang ditandai dengan kata "kubur". Begitu juga rasa sakit diungkapkan dengan kata "merintih" dan "tangan yang patah". Pencitraan tersebut didasarkan oleh sikap religiusitas masyarakat di Loloan. # Tema Tema yang ada dalam syair Burdah Melayu tergolong sebagai tema jasmaniah. Tema jasmaniah menggambarkan keadaan perjalanan tentang kehidupan. Perjalanan akan kehidupan akan terus berlanjut sampai akhirnya meninggal. Tema selalu memiliki keterkaitan secara koherensif dengan unsur lainnya (Endraswara, 2013: 53). Tema pada syair Burdah Melayu selanjutnya ditampilkan dalam wujuh utuh berupa bait-bait yang memuat unsur pokok lainnya. Tema didapatkan setelah membaca keseluruhan syair Burdah Melayu. Pemilihan tema terindikasi mendapat pengaruh dari sastra Arab. Hal tersebut karena tema tentang kematian dan kesenangan dunia juga banyak dibuat oleh penyair Arab (Mansyur, 2013:6). Dengan demikian tema yang terdapat dalam Syair Budah Melayu Loloan secara spesifik adalah pengingat tentang kematian dan Kelahiran Nabi. # Amanat Amanat merupakan pesan yang tersirat dalam karya sastra. Pesan dalam syair Burdah Melayu didapatkan setelah membaca keseluruhan isi. Keseluruhan aspek-aspek dalam makna syair Melayu memberikan informasi terkait kehidupan yang sementara dan akibat jika menyianyiakannya. Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa amanat dari syair Burdah Melayu adalah janganlah bersifat sombong, pelit, lupa pada Tuhan karena sesungguhnya manusia akan meninggal dan kembali kepada Tuhan. # b) Makna Syair Burdah Melayu Loloan 1. Tanda sebagai Wujud Gejala Umum Tanda sebagai wujud gejala umum dapat terbagi menjadi tiga bagian. Tanda-tanda tersebut di antaranya qualisigns, sinsigns, legisighn ( Ratna, 2011:101). Syair Burdah Melayu memiliki representamen di antaranya Legisighn ditunjukkan pada bait pertama Kisah mula disebutkan, suatu pasal kita nyatakan, sekedar ingin maka disyairkan, menjadi sunnah semua yang mendengar kutipan bait di atas menjelaskan mengenai hukum ajaran dalam agama Islam. Jika seseorang mengetahui dan diberitahu arahan tapi ia tetap melakukan suatu keburukan maka ia akan mendapat dosa atau hukuman. # Objek Objek adalah segala sesuatu yang menjadi acuan dalam syair Burdah Melayu Loloan. Objek terbagi menjadi tiga yaitu Ikon, Indeks, dan Simbol. Indeks dalam syair Burdah Melayu ditunjukkan oleh bait kesepuluh: Marilah kita 3x banyak sedekah Sedekah itu menambah rizki 2x Pemaknaan dari Bait kesepuluh dapat dikatakan menjadi salah satu ajaran Islam. Islam menagjakan jika memberi seseorang, maka akan ada balasan lebih banyak dari Tuhan. Makna tersirat dalam bait ini sebenarnya mengajak pembaca untuk sering memberi orang yang tidak mampu dan mengasihi sesaman umat manusia. # Bentuk Pujian Terhadap Rosul Menurut narasumber yaitu Bapak Usman Syair burda melayu banyak digunakan untuk acara keIslaman. Bentuk pujian terhadap baginda besar Nabi Muhammad SAW dilestarikan oleh masyarakat Loloan Bali dalam berbagai bentuk acara besar islam yang terdapat di daerah Loloan. Syair burdah berisikan cerita atau peristiwa perjalanan nabi yang diceritakan menggunakan sebuah syair dan diiringi dengan gebukan alat musik Burdah sebagai bentuk ciri khas dari desa Loloan. (Setiawan 2015:2) keagungan yang diungkapkan dalm syair burdah adalah bentuk apresiasi terhadap sosok Muhammad SAW, yang memiliki pengaruh besar terhadap umat manusia karena beliau adalah sebaik-baiknya ciptaan, manusia yang yang berakhlah baik serta berpudi pengerti santun. Daftar Pustaka ![Interpretant dihubungkan dengan kondisi pendengar atau pembaca. Interpretant terdiri dari rhyme, dicisighn, dan argument. Bentuk dari Rheme dapat terlihat dari kemungkinan konsep sebagai berikut:V.](image-2.png "") ![lahir kemungkinan karena adanya unsur sosio-kultur yang melandasinya. Keseluruhan isi dalam syair Burdah Melayu kebanyakan membahas tentang syariat Islam. Bentuk dari Syair Burdah secara Tipografi dapat dikatakan sebagai bentik campuran karena adanya kaidah penulisan syair Arab, pantun Melayu, serta syair Melayu. Berbagai macam penulisan puisi lama yang digabung menjadi satu membuat syair Burdah Melayu berbeda dari syair Burdah yang lain. Syair Burdah Melayu kental dengan ajaran agama Islam. Makna dalam syair burdah mengajrkan tentang kebajikan dalam hidup. Sebagai tradisi lisan, Burdah Melayu sampai saat ini masih dilestarikan dengan baik. Nilai-nilai luhur masih dipengang oleh masyarakat Loloan, Bali. Bahasa Melayu di Loloan, Bali sangat dijunjung tinggi sehingga diharapkan Syair Burdah Melayu mendatang akan tetap terjaga.](image-3.png "") ![](image-4.png "") ![](image-5.png "") Pewawancara: Perbedaan Syair Burdah di Loloan? Narasumber: Cara penyampaian lain-lain, kalau di sini pakai Burdah. Digunakan untuk manten, tujuh bulanan. Pewawancara: apakah yang memegang Burdah hanya usia 50 ke atas? Narasumber: dulu, tapi sekarang sudah diremajakan tapi masih mengutamakan yang tua Pewawancara: apakah masih peminat Burdah di masyarakat Bali? Narasumber: Peminat masih ada tapi belum mau terjun. Siapa yang mau ikut disilahkan Pewawancara: apakah ada perbedaan fungsi penggunaan saat penciptaan awal dan sekarang? Narasumber: penggunaan tetap, hanya beda di pantunya. Syair kubur ini yang bisa Pewawancara: ini tulisan Arab gundul ya pak? Narasumber: iya itu Arab gundul, Melayu. Pewawancara: Ini pantunnya Narasumber: ini seumpama Syiar Arabnya, pantun ditambahkan searah dengan syair ya pak, misal syair tentang kematian berarti pantunya juga tentang kematian? * Endraswara Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta. Yogyakarta: CAPS 2013 * Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik LiawFang Yock Jakarta: Eirlangga 2011 * Toleransi Umat Beragama di Desa Loloan MKarim Abdul Ditinjau dari Perspektif Sejarah) Jembrana, Bali 2016 16 * Perkembangan Sastra Arab dan Teori Sastra Islam FadlilMansyur Munawar 2011 Pustaka Pelajar Yogyakarta * Struktur Fisik dan Struktur Batin pada Puisi Tuhan Muntazir Aku Cinta Padamu Karya WS Rendra. Jurnal Pesona 3 2 2017 * Adaptasi Kosakata Bahasa Bali dalam Bahasa Melayu Loloan Bali PPutu Jurnal Litera 14 1 2015 Anak Agung, dkk * Tulisan Pegon Wujud Identitas Islam-Jawa: Tinjauan atas Bentuk dan Fungsinya TitikPudjiastuti Jurnal Suhuf 2 2 2009 * Pesan: Tinjauan Bahasa, Semiotika, dan Hermeneutika TeguhRatmanto Jurnal MediaTor 5 1 2004 * Teori, Metode,dan Teknik Penelitian Sastra NyomanRatna Kutha 2013 Pustaka Pelajar Yogyakarta * Nilai-Nilai Religius dalam Syair Shalawat Burdah EkoSetiawan Jurnal Lingua 10 1 2015 * Sastra dan Ilmu sastra ATeeuw 2012 Dunia Pustaka Jaya Jakarta * Masalah Klasifikasi dan Penjenisan dalam Studi Sastra Lisan Taum Jurnal Gatra 2002 XVII (24-25 * NiUtami NaniekWayan Febriana & Kodrata Identifikasi Keunikan Lansekap Kampung Loloan di Jembara. E-Jurnal Arsitektur Lansakep 2016 2 * Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural MZaim 2014 Sukabina Press Padang